Beberapa kali kita melihat di media sosial, konten viral tentang sebuah kamar kos dan rumah yang penuh dengan barang dan tumpukan sampah. Bahkan tumpukan sampah tersebut sampai menggunung dan mengundang hewan seperti semut, nyamuk dan kecoa. Bisa dipastikan ruangan tersebut sudah tidak layak untuk ditempati karena bau, kotor dan tidak sehat. Kondisi yang dialami penghuni tersebut bukan semata karena malas menjaga kebersihan, melainkan sebuah gangguan psikologi bernama hoarding disorder.
Hoarding disorder adalah kondisi gangguan psikologis yang membuat penderitanya merasa berat untuk membuang barang yang tidak terpakai. Penderita akan beranggapan barang tersebut bermanfaat di masa mendatang. Mereka juga merasa sedih bila harus membuangnya meski barang tersebut sudah rusak dan tidak berguna. Selain itu, penderita cenderung meletakkan barang tidak pada tempatnya dan berantakan hingga menimbun.
Adapun faktor yang menyebabkan seseorang mengalami hoarding disorder cukup beragam diantaranya ada kenangan terhadap benda tersebut, memiliki pengalaman kehilangan harta benda akibat musibah, punya anggota keluarga dengan gangguan hoarding disorder, kesulitan ekonomi, anti sosial, depresi, dan sebagainya. Faktor inilah yang membuat seorang hoarding disorder enggan membuang barang yang dimilikinya. Lama-lama barang tersebut akan menumpuk hingga sulit untuk mengakses ruangan seperti sulit membuka pintu, jendela hingga sulit beraktivitas di rumah.
Hoarding disorder biasanya gejala muncul saat remaja dan menjelang dewasa. Mulai dari tingkat ringan sampai berat dalam menimbun barang dan kesulitan membuangnya. Umumnya penderita hoarding disorder menunjukkan gejala-gejala perilaku yang bisa dilihat, seperti:
- Menyimpan barang yang tidak penting seperti struk belanja, kertas, buku, pakaian, peralatan elektronik rusak, dan sebagainya.
- Hobi belanja secara impulsif atau spontan terhadap barang yang tidak dibutuhkan.
- Memiliki rasa ragu dan tidak percaya saat orang lain menyentuh,meminjam atau menyingkirkan barang yang dimilikinya.
- Ada rasa cemas dan sedih saat membuang barang yang tidak terpakai.
- Kebiasaan mengumpulkan barang sampai mempersempit ruangan di rumah. Biasanya penderita hoarding disorder sering menolak tamu untuk datang ke rumahnya karena kondisi rumah yang dipenuhi barang dan tidak rapi.
- Ada gangguan psikologis yang dimiliki seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Hoarding disorder tidak hanya merugikan diri sendiri tapi orang-orang di sekitar penderitanya. Bila terdapat gejala perilaku hoarding disorder pada diri sendiri maupun anggota keluarga segera pahami, rangkul dan bersikap empati. Bantu arahkan untuk memilah barang secara bersama-sama. Bila perlu bergabung di komunitas peduli lingkungan agar belajar mengelompokkan sampah dengan baik dan ikut aktivitas sosial menyumbang barang yang layak seperti buku dan pakaian yang sudah tidak muat. Jika kondisi hoarding disorder berat, konsultasikan dengan psikolog agar dilakukan terapi yang tepat.